Pages

MATA LALAT MENJADI SUMBER ILHAM BAGI SISTEM PENCITRAAN BARU DI DUNIA KEDOKTERAN


Sebuah perangkat optik murah yang terilhami rancangan pada mata lalat membuka pintu bagi pengembangan peralatan-peralatan pencitraan baru di dunia kedokteran (medical imaging device).
Manfaat dari penggunaan perangkat pencitraan magnetis dalam pemeriksaan dan pengobatan di dunia kedokteran tidaklah diragukan. Para ilmuwan Israel kini tengah mengembangkan perangkat baru di bidang ini. Mereka berharap bahwa alat ini, yang masih dalam tahap pengembangan, akan memberikan lebih banyak keuntungan daripada yang ada sekarang. Keuntungan ini adalah biaya yang lebih murah daripada teknologi pencitraan yang digunakan pada perangkat-perangkat yang sudah ada. Oleh karenanya, jika rencana ini telah menjadi kenyataan, masyarakat akan mendapat kesempatan untuk diperiksa kesehatannya menggunakan alat pencitraan [scan] ini dengan lebih sering. Mahalnya perangkat pencitraan resonansi magnetis [Magnetic Resonance Imaging - MRI] atau pemeriksaan dini kanker dengan menggunakan sinar-X yang bisa membahayakan, dijelaskan sebagai berikut:
Agar cahaya dapat dimanfaatkan dalam pencitraan di bidang kedokteran, foton (partikel cahaya) berjumlah sedikit yang dipancarkan obyek [bagian tubuh] yang sedang dicitrakan haruslah dapat dikenali. Hal ini merupakan sebuah kendala yang dimiliki alat-alat yang sudah ada.
Jaringan tubuh yang menutupi obyek yang sedang dicitrakan menyebabkan terbentuknya pengotor pada gambar dengan mengaburkan cahaya. Dalam cara-cara yang diterapkan sekarang, permasalahan ini diatasi dengan menggunakan kamera-kamera mahal yang dilengkapi shutter [katup] khusus yang menyaring "pengotor" yang disebabkan oleh cahaya yang dihamburkan oleh jaringan tubuh tersebut. Hal ini memperbesar biaya.
Peneliti Joseph Rosen dan David Abookasis dari Universitas Ben-Gurion di Israel kini telah menemukan sebuah cara baru. Para ilmuwan mengumpulkan sejumlah gambar dari obyek yang sedang dicitrakan dan menggabungkan gambar-gambar ini sedemikian rupa untuk menghasilkan satu gambar bagus dari obyek tersebut. Jadi, mereka mendapatkan sebuah gambar hasil rata-rata dari gambar-gambar tersebut, dan cahaya yang dihamburkan oleh jaringan tubuh, yakni "pengotor" pada gambar, dapat dihilangkan. Penggabungan ini merupakan sebuah pemecahan masalah nyata terhadap permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada peralatan-peralatan yang sudah ada. Akan tetapi, rancangan yang menjadi ilham dari pemecahan masalah melalui cara penggabungan [gambar] ini bukanlah alat buatan manusia. Dalam mencari pemecahan masalah ini, para ilmuwan tersebut terilhami oleh "mata majemuk" yang digunakan oleh lalat selama ratusan juta tahun. Bahkan, judul yang mereka berikan pada penelitian mereka adalah "Seeing through biological tissues using the fly eye principle" [Melihat Dengan Menembus Jaringan Hidup Berdasarkan Prinsip Mata Lalat].(1)
Mengambil rancangan pada mata lalat sebagai titik awal mereka, para ilmuwan ini mempersiapkan serangkaian mikrolensa yang terdiri dari 132 buah lensa berukuran amat kecil. Untuk menguji gagasan mereka, para peneliti tersebut mengambil dua potong [daging] dada ayam dan menyelipkan sepotong tulang sayap di antara keduanya. Mereka lalu menyoroti salah satu sisi dari daging itu dengan laser berkekuatan cahaya lemah dan meletakkan serangkaian mikrolensa pada sisi yang lainnya. Gambar-gambar yang ditangkap mikrolensa diteruskan ke kamera digital dengan lensa biasa. Komputer lalu menghilangkan sebagian besar dari pengotor yang dihasilkan oleh cahaya yang terhamburkan, sehingga menghasilkan sebuah gambar yang lebih jelas dari tulang sayap yang tertutupi [dada ayam].
"Mikrolensa yang lebih banyak dan penyempurnaan-penyempurnaan lain seharusnya dapat meningkatkan ketajaman gambar,' kata Rosen. 'Dengan pendanaan untuk mengembangkannya lebih lanjut, perangkat kami mungkin dalam waktu setahun dapat melihat tulang-tulang di dalam telapak tangan, atau akar sepotong gigi.' " (2)
Rosen menyatakan bahwa peralatan ini, yang bekerja berdasarkan prinsip mata lalat, begitu menjanjikan, dan memunculkan kabar gembira bahwa dengan penggunaan alat ini, endoskop yang tidak nyaman atau "kamera pil" yang harus ditelan dalam pencitraan perut (abdomen scans) akan menjadi peninggalan masa lalu.
Rancangan Mata Lalat
Seekor lalat yang bergerak melintasi udara sungguh luar biasa lincah. Lalat dapat mengubah arah terbangnya dalam sekejap ketika mengetahui adanya gerakan sangat lemah yang diarahkan kepadanya. Lalat dapat memilih untuk mendarat pada lantai, dinding atau langit-langit sebuah ruangan. Kenyataan bahwa lalat memiliki sebuah perangkat penglihatan amat hebat sangatlah penting dalam hal ini.
Penelitian lebih dekat pada lalat dengan segera memunculkan penjelasan tentang sebab ketangkasan [terbang] ini. Mata lalat memiliki rancangan yang dikenal sebagai "mata majemuk" dan yang memungkinkannya melihat melalui lensa [mata] yang berjumlah banyak dan pada sudut pandang yang lebar.

Penampakan mata lalat di bawah elektron mikroskop.
Sebuah mata majemuk lalat tersusun atas satuan optik berjumlah sangat banyak, masing-masing dengan lensa optiknya sendiri, dan menghasilkan sejumlah besar gambar. Rangkaian saraf dari setiap satuan optik mengambil hasil rata-rata dari gambar yang ada, sehingga dihasilkanlah sebuah bayangan gambar yang lebih jelas daripada latar belakang yang dipenuhi pengotor. Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia.(3) Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghidar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap.
Mata majemuk lalat merupakan alat tubuh terpenting yang memainkan peran dalam sistem penglihatan, sebuah fungsi teramat penting dalam kelangsungan hidup binatang tersebut. Ketika alat tubuh ini diteliti, akan kita saksikan lensa-lensa, yang secara khusus menghamburkan cahaya, membentuk permukaan cekung yang memberikan ruang penglihatan yang luas dan memusatkan bayangan [gambar yang terbentuk] pada satu titik pusat. Sisi-sisi satuan optik [optical unit] pada permukaan tersebut berbentuk segienam (heksagonal). Berkat bentuk segienam ini, satuan-satuan optik itu satu sama lain terpasang rapat. Dengan cara ini, celah-celah kosong yang tidak diinginkan -- yang muncul jika bentuk geometris lain digunakan -- tidaklah terbentuk; dengan demikian penggunaan paling menguntungkan dari luasan yang ada telah diterapkan. Meskipun berkas-berkas cahaya yang berasal dari sejumlah besar lensa diperkirakan akan menghasilkan sebuah bayangan gambar yang kacau, ini tidak pernah terjadi, dan lalat dapat melihat sebuah ruang penglihatan yang luas dalam satu bayangan gambar.
Terdapat rancangan unggul pada mata lalat. Prinsip teknik ini, yang telah digunakan oleh manusia sejak beberapa ratus tahun lalu, telah ada pada lalat selama sekitar 390 juta tahun. Pengkajian yang lebih umum pada sejarah alam kehidupan menunjukkan bahwa rancangan mata majemuk (pada trilobita zaman Kambrium) berasal sejak kurang lebih 530 juta tahun yang lalu.
Lalat telah memiliki struktur mata ini sejak saat binatang ini muncul menjadi ada.
SIAPAKAH PEMILIK RANCANGAN PADA MATA LALAT?
Pertanyaan yang muncul adalah sebagai berikut: para ilmuwan meniru rancangan pada mata lalat dalam mengembangkan peralatan mereka. Kenyataan bahwa mata lalat digunakan sebagai sumber ilham dalam teknologi modern merupakan pertanda jelas akan rancangannya yang unggul. Beragam bagian penyusun mata tersebut dapat dipahami sebagai sesuatu yang telah dirancang untuk satu tujuan tertentu. Lalu bagaimanakah lalat mendapatkan rancangan ini? Siapakah yang menyusun seluruh unsur-unsur pembentuk tersebut
sedemikian rupa dan membentuk mata lalat?
Seluruh penataan pada mata lalat memperlihatkan bahwa rancangan ini diberikan pada serangga tersebut oleh Dzat yang memiliki kecerdasan tanpa tanding. Tidak ada keraguan, Allah Yang Mahakuasa-lah, Penguasa seluruh alam, Yang menciptakan lalat beserta sistem penglihatan sempurna ini. Penciptaan luar biasa pada lalat merupakan sebuah isyarat kekuasaan Allah yang tanpa batas.
Dalam sebuah ayat al Qur'an Allah mewahyukan:
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. Al Hajj, 22:73)

Keajaiban Tumbuhan


Seorang mukmin berjalan di sebuah taman. Ia terpesona dengan keindahan taman yang merupakan kenikmatan Allah. Sesungguhnya, bagi yang sudi merenung, pada setiap benda hidup terdapat kebesaran-Nya.

Sebagai contoh, tanaman merambat yang melingkarkan tubuhnya mengelilingi sebuah dahan atau benda lain, merupakan fenomena yang perlu dipikirkan secara seksama. Jika pertumbuhan tanaman ini direkam dan dipertunjukkan ulang dengan cepat, akan terlihat bahwa tanaman merambat ini bergerak seolah-olah ia adalah makhluk yang memiliki kesadaran. Ia seolah-olah melihat dahan yang berada tepat di hadapannya, lalu ia mengulurkan dirinya ke arah dahan tersebut dan mengikatkan diri ke dahan seperti tali lasso.

Seorang mukmin yang menyaksikan semua ini kembali sadar bahwa Allah telah menciptakan semua benda hidup, dan bahwa Dia menciptakannya sebagai sistem yang unik dan tanpa cacat.

Ketika seseorang terus mengamati gerakan-gerakan tanaman ini, ia menemukan satu ciri menarik lain dari tumbuhan tersebut. Ia melihat bahwa batang tanaman merambat tersebut dengan kuat melekatkan dirinya di atas permukaan dimana ia berada dengan menjulurkan lengan-lengan sampingnya. Bahan yang kental yang diproduksi oleh tanaman yang tidak memiliki kesadaran tersebut merekat sedemikian kuat sehingga ketika tanaman ini dicoba untuk dipindahkan dengan cara menariknya dari tempat ia berada, maka cat yang ada ditembok akan ikut terangkat juga.

Begitupun dengan pepohonan. Pernahkan kita memikirkan bagaimana air mencapai dedaunan yang tinggi? Tidaklah mungkin bagi air dalam sebuah tanki di bagian bawah bangunan anda untuk naik ke lantai yang lebih atas tanpa adanya sebuah tanki hidroforik atau mesin pompa air yang kuat. Anda tidak akan mampu memompa air kendatipun hanya sampai ke lantai pertama. Oleh karena itu, sudah seharusnya ada sistem pemompaan yang mirip dengan mesin hidrofonik yang dimiliki oleh pohon.

Allah telah menciptakan untuk tiap-tiap pohon semua sarana dan perlengkapan yang diperlukan. Tambahan lagi, sistem pemompaan di setiap pohon terlalu canggih dibandingkan dengan yang ada di bangunan tempat tinggal manusia.

Hal lain yang dapat dipikirkan berhubungan dengan dedaunan. Dedaunan itu sesungguhnya bukan bentuk sederhana seperti yang terlihat mata. Dedaunan, misalnya, adalah sesuatu yang rentan dan mudah rusak. Namun, daun-daun ini tidak kering kerontang karena panasnya terik sinar matahari yang menyengat. Ketika seorang manusia berada pada suhu 40oC dalam waktu yang sebentar, warna kulitnya berubah, ia menderita dehidrasi. Sebaliknya, daun mampu untuk tetap hijau di bawah panas matahari yang menyengat tanpa terbakar selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan meskipun sangat sedikit sekali jumlah air yang mengalir melalui pembuluh-pembuluhnya yang mirip benang. Ini adalah sebuah keajaiban penciptaan yang menunjukkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan ilmu yang tak tertandingi.

Begitulah, ketika menyusuri taman, kita memahami semua itu merupakan perwujudan sifat-Nya Yang Maha Indah (Al-Jamaal). Lihatlah: bunga daisy yang menguning. Kupu-kupu dengan ekornya yang indah meliuk di sela bunga.

Kupu-kupu, misalnya, adalah makhluk yang sangat indah dan elok untuk dilihat. Kupu-kupu, yang memiliki sayap dengan simetri dan disain semacam renda yang demikian teliti sehingga terlihat seolah-olah dilukis dengan tangan, dengan warna yang harmoni dan dipenuhi fosfor sehingga berpendar, adalah bukti daya seni yang tak tertandingi dari ciptaan Allah.

Banyaknya jenis tanaman dan pohon yang tak terhitung di muka bumi merupakan bagian dari keindahan ciptaan Allah. Bunga-bunga dengan warna yang beraneka-ragam dan berbagai bentuk pepohonan telah diciptakan sedemikian rupa sehingga memberikan kenyamanan bagi manusia.

Seseorang yang memiliki keimanan akan berpikir bagaimana bunga seperti mawar, violet, daisy, hyacinth, anyelir, anggrek dan bunga-bunga lainnya memiliki permukaan yang sedemikian mulus, bagaimana mereka muncul dari biji-biji mereka dalam keadaan yang halus sama sekali tanpa ada lipatan-lipatan, bagaikan telah disetrika.

Satu lagi keajaiban ciptaan Allah adalah aroma sedap yang menakjubkan dari bunga-bunga ini. Mawar, misalnya, memiliki wangi yang tidak pernah berubah yang selalu dikeluarkannya. Bahkan dengan teknologi paling maju sekalipun, bau yang menyamai mawar tidak dapat dibuat.

Penelitian di laboratorium-laboratorium untuk menyerupai bau ini belum mendatangkan hasil yang memuaskan. Aroma parfum yang diproduksi dengan meniru bau mawar pada umumnya memiliki bau harum yang sedemikian kuat sehingga mengganggu orang. Tetapi bau asli dari bunga mawar tidak menimbulkan gangguan apapun bagi manusia.

Orang yang beriman sadar bahwa segala sesuatu ini diciptakan Allah agar ia memuji-Nya. Sadar akan hal ini, seseorang yang menyaksikan keindahan kebun ketika sedang berjalan-jalan akan mengagungkan Allah seraya mengatakan, ''Maa syaa Allahu, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)'' (QS. Al-Kahfi, 18: 39).


LUMBA-LUMBA, SANG ARSITEK KAPAL SELAM


Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh air. Di kedalaman samudera, beragam makhluk berjumlah sangat besar hidup selaras satu sama lain. Salah satunya adalah sahabat kita, lumba-lumba.
Lumba-lumba adalah makhluk laut paling cerdas, ramah dan suka menolong. Mereka memahami perintah dengan baik dan tahu cara mematuhinya. Tubuh mereka diciptakan dengan bentuk yang sungguh menakjubkan.
Melihat Dengan Suara
Kita selalu melihat lumba-lumba di permukaan air. Tapi mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di kedalaman lautan; tempat yang menyulitkan untuk melihat sesama mereka dan mencari makan. Tapi, lumba-lumba dapat melihat lebih baik dalam gelapnya lautan daripada kemampuan kita melihat dalam terangnya cahaya. Lalu, bagaimanakah mereka dapat melakukan ini? Allah menciptakan lumba-lumba dengan sistemnya yang lengkap dan sempurna, yang memungkinkan mereka menemukan arah dengan merasakan getaran suara. Para ilmuwan menamakan sistem ini "ekolokasi". Bagaimana mereka dapat melakukannya?
Lumba-lumba bernapas melalui lubang yang ada di atas kepalanya. Tepat di bawah lubang ini, terdapat kantung-kantung kecil berisi udara. Dengan mengalirkan udara melalui kantung-kantung ini, mereka menghasilkan suara bernada tinggi. Kantung udara ini berperan sebagai cermin akustik yang memfokuskan suara yang dihasilkan gumpalan kecil jaringan lemak yang berada tepat di bawah lubang pernapasan. Kemudian, suara ekolokasi ini dipancarkan ke arah sekitarnya secara terputus-putus. Suara lumba-lumba segera memantul kembali bila membentur benda apa pun. Lumba-lumba mendengarkan seksama pantulan suara ini. Gelombang suara ini ditangkap di bagian rahang bawahnya yang disebut "jendela akustik". Dari sini, informasi suara diteruskan ke telinga bagian tengah, dan akhirnya ke otak untuk diterjemahkan. Pantulan suara dari sekelilingnya memberi informasi rinci tentang jarak benda-benda dari mereka, berikut ukuran dan pergerakannya. Berkat perangkat ini, lumba-lumba dapat memindai wilayah yang luas; bahkan memetakan samudra. Inilah sistem sonar sempurna yang dengannya lumba-lumba memindai dasar laut layaknya alat pemindai elektronik.
Sistem berteknologi tinggi yang terbuat dari daging dan tulang yang ditempatkan dalam tubuh seekor makhluk laut adalah bukti kehebatan dan kesempurnaan ciptaan Allah.
Kapal selam modern menemukan arah dengan menggunakan sonar. Lumba-lumba telah menggunakan teknologi jutaan tahun lebih awal dibandingkan manusia yang baru menemukannya di abad ke-20. Mustahil seekor binatang mampu memiliki sistem sedemikian menakjubkan atas kehendaknya sendiri. Sistem tak tertandingi pada lumba-lumba adalah bukti bahwa Allah telah menciptakan mereka.
Sistem sonar frekuensi tinggi ini tidak hanya berfungsi mengindra benda-benda di lautan. Lumba-lumba juga menggunakannya untuk mencari makan. Lumba-lumba dalam suatu kelompok mengarahkan gelombang suara kuat ini pada sekelompok ikan. Dengan cara ini, mereka membuyarkan kawanan ikan dan dengan mudah menangkapnya. Ikan dilumpuhkan dengan senjata ini, dan turut menjadi mangsa mudah bagi burung-burung laut.
Lumba-lumba juga menggunakan sistem sonar untuk berkomunikasi secara mengagumkan. Mereka mampu saling berkirim pesan meski terpisahkan oleh jarak lebih dari 220 km. Artinya, seekor lumba-lumba di selat Bosphorus dapat berkomunikasi dengan rekannya di selat Dardanela. Lumba-lumba paling sering berkomunikasi secara menakjubkan untuk menemukan pasangan dan saling mengingatkan akan bahaya.
Tidur Dengan Sebelah Mata dan Sebelah Otak
Allah menciptakan setiap makhluk dengan sistem penglihatan menakjubkan sesuai keperluannya. Manusia memiliki mata mengagumkan yang memungkinkan mereka melihat di daratan. Tapi di dalam air, penglihatannya sangat kabur. Alasannya, mata manusia tidak mampu fokus di dalam air. Sebagai jalan keluar, kita menggunakan kacamata renang yang membentuk kantung udara di sekeliling mata. Kita hanya mampu melihat jelas dengan bantuan kacamata ini.
Sama halnya, manusia menggunakan kamera berteknologi tinggi untuk memotret di dalam air. Mata lumba-lumba layaknya kamera khusus yang memungkinkan mereka melihat jelas di bawah dan di atas permukaan air. Mereka memiliki lensa mata kenyal yang dapat mengembang dan mengerut sehingga mampu berfokus di bawah dan di atas permukaan air. Ini sangat diperlukan bagi lumba-lumba. Setiap kali muncul ke permukaan, lumba-lumba secara seksama memperhatikan pergerakan kawanan burung di sekitar mereka. Sebab, di tempat burung berkumpullah terdapat sekumpulan ikan. Lumba-lumba sangat tahu akan hal ini, dan memanfaatkannya untuk mencari mangsa dengan mudah. Desain istimewa mata lumba-lumba juga melindungi mata mereka dari air laut yang asin.
Mata lumba-lumba memiliki ciri khusus lainnya: setiap mata dapat berfokus pada satu titik yang berbeda pada saat bersamaan. Karenanya, seekor lumba-lumba dapat melihat ke depan dengan satu mata untuk menentukan arah berenangnya sambil berjaga-jaga dari bahaya dengan mata yang lain. Bila perlu, lumba-lumba dapat menutup salah satu matanya dan mengisitirahatkan separuh otaknya. Selang beberapa lama, ia ganti melakukan hal yang sama pada mata dan separuh otaknya yang lain. Dengan cara ini, lumba-lumba tidak pernah tertidur penuh dan selalu terjaga dari bahaya.
Pendukung teori evolusi menyatakan, makhluk hidup dengan seluruh sistem sempurnanya muncul ke dunia dengan sendirinya tanpa sengaja diciptakan. Jika ini benar, maka sistem sonar dan perangkat penglihatan lumba-lumba yang canggih itu juga ada karena kebetulan, padahal tak seorang pun akan berkata bahwa sistem sonar elektronik atau kamera ada dengan sendirinya tanpa sengaja dibuat. Anggapan bahwa mata lumba-lumba yang berteknologi jauh melebihi kamera biasa, atau desain sistem sonarnya terbentuk secara kebetulan semata, sungguh tidak masuk akal. Keberadaan perangkat berteknologi maju pada tubuh seekor makhluk hidup menunjukkan kita pada satu kenyataan pasti: Allah menciptakan lumba-lumba dan memberi mereka keistimewaan.
Kulit Yang Bergerak Menggelombang
Manusia berupaya membuat kapal laut yang tahan terhadap segala keadaan. Namun, ada satu lagi rintangan utama yang harus diatasi oleh kapal laut, yakni kuatnya gaya hambatan air. Semakin cepat kapal bergerak, semakin besar hambatan airnya. Karenanya, para insinyur hidrodinamika berusaha menjadikan hambatan ini sekecil mungkin ketika merancang kapal, perahu, dan kapal selam. Tenaga sangat besar pada motor pendorong kapal laut diperlukan guna mengimbangi gaya hambat ini.
Lumba-lumba senang berenang dengan kecepatan tinggi. Tentunya, kapal laut dengan kecepatan seperti ini akan mengalami gaya hambat sangat kuat. Namun ini bukan masalah bagi lumba-lumba karena Allah, yang menciptakan mereka dari ketiadaan, telah menciptakan segala perangkat yang mereka perlukan. Tubuh dan kulitnya dirancang khusus untuk mengurangi hambatan air sebanyak mungkin.
Saat lumba-lumba mulai berenang cepat, lapisan tipis air terbentuk di permukan kulit mereka. Lapisan tipis air ini dinamakan "lapisan penghalang". Kulit ini diciptakan dengan kelenturan yang memungkinkannya bergerak menggelombang ketika turbulensi terjadi. Kulit ini mencegah terjadinya gaya hambat air dengan bergerak menggelombang berlawanan arah dengan gerak turbulensi pada "lapisan penghalang". Hasilnya, gerakan renang yang cepat tanpa menimbulkan suara. Desain ini sungguh merupakan keajaiban teknik.
Setelah empat tahun penelitian, para insinyur Jerman yang menemukan desain kulit lumba-lumba, menirunya dan berhasil membuat lapisan luar kapal selam dengan sifat yang sama. Kapal selam yang dirancang menggunakan lapisan ini berhasil menaikkan 250 % kecepatannya.
Rancangan menakjubkan yang berusaha ditiru oleh manusia ini mustahil ada begitu saja dengan sendirinya tanpa disengaja. Sistem sempurna tanpa cacat tersebut pastilah dibuat oleh suatu Kecerdasan Maha Tinggi.
Sekali lagi, ini membuktikan kepada kita, Allah telah menciptakan lumba-lumba. Rancangan menakjubkan pada lumba-lumba hanyalah satu di antara contoh tak terhitung yang memperlihatkan kesempurnaan penciptaan. Dalam sebuah ayat Alquran, Allah mengungkapkan: Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). (QS Qaaf [50]:8)

DUNIA SEMUT


Al Quran memberi informasi menarik saat membicarakan tentara Nabi Sulaiman as. dan menyebut adanya "sistem komunikasi" yang maju di antara semut. Ayat itu sebagai berikut:

"Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari." (QS. An-Naml, 23: 18) !

Penelitian ilmiah tentang semut pada abad ini menunjukkan adanya jaringan komunikasi yang luar biasa di antara makhluk ini. Dalam artikel di majalah National Geo-graphic, hal ini dijelaskan:

Dalam kepala semut terdapat organ-organ indra majemuk, besar dan kecil, untuk menangkap isyarat visual dan kimiawi yang vital bagi koloni, yang mungkin terdiri atas sejuta lebih pekerja, yang semuanya betina. Otaknya mengandung setengah juta sel saraf; matanya majemuk, antenanya ber-fungsi sebagai hidung dan ujung jari. Tonjolan di bawah mulut menjadi indra pengecap; bulu menjadi indra peraba.7

Sekalipun tidak kita perhatikan, semut memiliki metode komunikasi yang cukup berbeda berkat organ pengindra mereka yang peka. Mereka menggunakan organ indra ini setiap saat dalam hidup mereka, dari menemukan mangsa hingga saling mengikut sesamanya, dari mem-bangun sarang hingga bertarung. Sistem komunikasi mereka membuat kita - sebagai manusia yang berakal budi - kagum pada 500.000 sel saraf yang termuat dalam 2 atau 3 milimeter tubuh mereka. Harus kita ingat di sini, setengah juta sel saraf dan sistem komunikasi yang rumit tersebut dimiliki oleh semut yang ukuran tubuhnya hampir sepersejuta tubuh manusia.

Dalam penelitian yang dilakukan pada makhluk sosial seperti semut, lebah, dan rayap yang hidup berkoloni, respon hewan-hewan ini dalam proses komunikasi digolongkan dalam beberapa kategori utama: mengambil posisi siaga, bertemu, membersihkan, bertukar makanan cair, mengelompok, mengenali, mendeteksi kasta.… 8

Semut, yang membentuk struktur sosial yang tertib dengan berbagai respon ini, menjalani hidup berdasarkan pertukaran berita timbal balik, dan tidak mengalami kesulitan melakukannya. Dapat dikatakan bahwa semut, dengan sistem komunikasi yang mengesankan itu, seratus persen berhasil dalam hal-hal yang kadang tak dapat diselesaikan atau di-sepakati manusia melalui berbicara (misalnya bertemu, bercerita, mem-bersihkan, bertahan dan lain-lain).

Pertukaran Berita di antara Kelompok Semut

Pertama, semut pencari pergi ke sumber makanan yang baru ditemu-kan. Lalu mereka memanggil semut lain dengan cairan yang disebut feromon(*), yang disekresikan dalam kelenjar-kelenjar mereka. Saat kerumunan di sekitar makanan membesar, sekresi feromon membatasi pekerja. Jika makanan sangat kecil atau jauh, pencari menyesuaikan jumlah semut yang mencoba mencapai makanan dengan mengeluarkan isyarat. Jika makanan besar, semut mencoba lebih giat untuk mening-galkan lebih banyak jejak, sehingga lebih banyak semut dari sarang yang membantu para pemburu. Apa pun yang terjadi, tak pernah ada masalah dalam konsumsi makanan dan pemindahannya ke sarang, karena di sini ada "kerja tim" yang sempurna.

Contoh lain berkaitan dengan semut penjelajah yang bermigrasi dari sarang ke sarang. Semut ini mendekati sarang tua dari sarang yang baru ditemukan dengan meninggalkan jejak. Para pekerja lain memeriksa sarang baru itu dan jika mereka yakin, mereka juga mulai meninggalkan feromon mereka sendiri (jejak kimiawi) di atas jejak lama. Oleh karena itu, semut yang berjalan di antara dua sarang itu meningkat jumlahnya dan mereka menyiapkan sarang. Selama pekerjaan ini, semut pekerja tidak bersantai. Mereka membangun organisasi dan pembagian kerja tertentu di antara mereka. Tugas seluruh kelompok yang diperkirakan oleh semut yang mendeteksi sarang baru adalah sebagai berikut:

1. Bertindak sebagai pengumpul di wilayah baru.

2. Datang ke wilayah baru dan berjaga.

3. Mengikuti penjaga untuk menerima perintah pertemuan.

4. Membuat survei terperinci wilayah tersebut.

Tentu saja, kita tidak bisa menyepelekan saja tanpa perenungan bahwa rencana aksi sempurna tersebut telah dipraktikkan semut sejak hari pertama mereka muncul. Pembagian kerja yang disyaratkan rencana seperti ini tidak dapat diterapkan oleh individu yang hanya memikirkan hidup dan kepentingannya sendiri. Lalu muncullah pertanyaan berikut: "Siapa yang mengilhamkan rencana ini dalam diri semut selama berjuta tahun dan siapa yang memastikan penerapannya?" Sewajarnya, diper-lukan kecerdasan dan kekuasaan tinggi untuk komunikasi kelompok yang unggul ini. Kebenarannya jelas. Allah, Pencipta segala makhluk dan pemilik kebijakan tak terbatas, memberi kita jalan untuk memahami kekuasaan-Nya dengan menampilkan dunia semut yang sistematis ini.

Ajakan Semut

Semut memiliki tingkat pengorbanan diri yang sangat tinggi dan, karenanya, mereka selalu mengundang teman mereka ke setiap sumber makanan yang ditemukan dan berbagi makanan.

Dalam situasi seperti ini, semut yang menemukan makanan meng-arahkan semut lain ke situ. Untuk hal ini metode berikut digunakan: Semut penjelajah pertama yang menemukan sumber makanan mengisi temboloknya dan pulang. Selagi pulang, ia menyeret perutnya di tanah tiap berapa jenak dan meninggalkan isyarat kimiawi. Namun, ajakan ini tidak berakhir di sini. Ia mengitari bukit semut beberapa kali sejenak. Ia melakukannya sekitar tiga hingga enam belas kali. Gerakan ini me-mastikan adanya hubungan dengan teman-teman sesarang. Ketika si penjelajah ingin kembali ke sumber makanan, semua teman yang telah ditemuinya ingin mengikutinya. Namun, hanya teman yang berada dalam kontak antena terdekat dapat menemaninya keluar. Saat mencapai makanan, semut pencari langsung kembali ke bukit dan mengambil peran sebagai tuan rumah. Semut pencari dan teman-teman pekerja lainnya saling terhubung melalui isyarat indra terus-menerus dan melalui hormon feromon pada permukaan tubuh mereka.

Semut dapat mencapai sasaran dengan mengikuti jejak ke makanan, meskipun tak ada lagi semut yang mengajak. Berkat adanya jejak yang dibuat penjelajah dari makanan ke sarang, saat penjelajah tiba di sarang dan melakukan "tarian batu", teman-teman sarangnya mencapai sumber makanan tanpa bantuan dari si pengajak.

Sisi lain yang menarik dari semut adalah banyaknya produksi se-nyawa kimia yang digunakan dalam proses ajakan, masing-masing dengan fungsi berbeda. Tidak diketahui mengapa begitu banyak zat ki-mia yang digunakan agar mereka bisa berkumpul di sekeliling sumber makanan. Tetapi, sejauh yang teramati, keanekaragaman zat kimia tersebut memastikan setiap jejak itu berbeda-beda. Selain itu, semut me-nyampaikan isyarat berbeda-beda saat mengirim pesan, dan intensitas setiap isyarat pun berbeda-beda. Mereka meningkatkan intensitas isyarat ketika koloni lapar atau ketika diperlukan daerah sarang yang baru.

Solidaritas dalam masyarakat semut pada tingkat setinggi ini dapat dipandang sebagai perilaku yang patut direnungkan dan diteladani manusia. Jika dibandingkan dengan manusia yang tak ragu melanggar hak orang lain demi kepentingan sendiri - satu-satunya hal yang mereka pikirkan - semut yang sangat mengorbankan diri itu jauh lebih etis.

Tidak mungkin menjelaskan perilaku semut yang sama sekali tidak egois ini dalam kerangka teori evolusi. Evolusi mengasumsikan satu-satunya aturan di alam adalah pertarungan demi kelangsungan hidup dan konflik yang menyertainya. Namun, ciri-ciri perilaku yang di-tampilkan semut dan banyak hewan lain menyanggah hal ini dan menunjukkan realitas pengorbanan.

Sebenarnya, teori evolusi tidak lebih dari usaha mereka yang ingin mengesahkan keegoisan mereka sendiri dan menimpakan keegoisan ini ke seluruh alam.

Komunikasi dengan Bunyi

Komunikasi dengan bunyi adalah metode lain yang sering diguna-kan semut. Dua jenis produksi bunyi telah ditemukan. Salah satunya adalah bunyi "ketukan" dan getaran yang diproduksi dengan memukul-kan tubuh pada rintangan atau tanah, dan satu lagi adalah nada tinggi yang diproduksi dengan menggosokkan bagian tubuh tertentu.16

Isyarat bunyi yang diproduksi dengan memukulkan tubuh biasanya digunakan oleh koloni yang bersarang di pohon. Contohnya, semut tukang kayu berkomunikasi dengan "bermain gendang". Mereka mulai "bermain gendang" saat menghadapi bahaya apa saja yang mendekati sarang mere-ka. Bahaya ini bisa berupa bunyi yang mencemaskan atau sentuhan yang mereka rasakan atau arus udara yang mendadak timbul. Semut pemukul gendang mengetuk tanah dengan dagu dan perutnya dengan cara meng-goyangkan tubuhnya maju-mundur. Dengan cara ini, isyarat mudah ter-kirim melalui kulit pohon tipis sejauh beberapa desimeter.17 Semut tukang kayu Eropa mengirim getaran ke teman sarangnya yang berada pada jarak 20 cm atau lebih dengan cara mengetukkan dagu dan perut pada kayu ruangan dan terowongan. Di sini harus diperhitungkan bahwa 20 cm bagi semut setara dengan 60-70 meter bagi manusia.

Semut hampir tuli terhadap getaran yang disampaikan melalui uda-ra. Namun, mereka sangat peka pada getaran suara yang dihantarkan melalui zat padat. Ini adalah isyarat tanda bahaya yang paling efisien bagi mereka. Ketika mendengarnya, mereka mempercepat langkah, ber-gerak menuju asal getaran, dan menyerang semua makhluk hidup yang bergerak yang mereka lihat di situ.

Panggilan ini selalu dipatuhi anggota koloni mana pun. Inilah petun-juk betapa suksesnya organisasi dalam masyarakat semut. Bahkan seke-lompok kecil manusia yang menanggapi panggilan tanda bahaya secara kolektif - tanpa kecuali, dan tanpa anarki - adalah hal yang sangat sulit dalam praktik. Akan tetapi, semut mampu melakukan apa yang diperin-tahkan tanpa membuang waktu, sehingga mereka dapat meneruskan kehidupannya tanpa mengganggu disiplin dalam koloni sesaat pun juga.

Produksi suara bernada tinggi sistemnya lebih rumit daripada proses bermain gendang. Bunyi dihasilkan dengan menggosokkan beberapa ba-gian tubuh. Semut menghasilkan bunyi ini dengan menggosokkan organ tubuh di bagian belakang. Jika kita mendekatkan telinga ke semut pekerja pemanen, kita dapat mendengar mereka menghasilkan suara bernada tinggi.

Tiga fungsi utama komunikasi suara telah ditemukan dalam spesies yang berbeda. Ketiganya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Komunikasi suara pada semut pemotong daun berfungsi sebagai sistem peringatan bawah tanah. Ini biasanya digunakan kalau sebagian koloni terkubur di bawah longsoran sarang. Pekerja mulai bergerak menggali untuk menyelamatkan teman-temannya, sebagai tanggapan atas isyarat bunyi yang diterima.

2. Suara bernada tinggi digunakan dalam beberapa spesies ketika me-lakukan perkawinan dengan ratu. Saat ratu-ratu yang muda dikumpulkan di tanah dan atau di tumbuhan untuk melakukan perkawinan, dan telah mendapatkan cukup sperma, mereka menghasilkan bunyi bernada tinggi untuk mencegah kawanan semut jantan menangkap mereka.

3. Dalam spesies lain, bunyi digunakan untuk meningkatkan efisien-si feromon yang diproduksi selama anggota-anggota sarang bertemu untuk menemukan makanan atau sarang baru.18

Terkadang dalam spesies tertentu, pencari makanan memungkinkan semut lain mengelilingi mangsa, dengan isyarat yang mereka hasilkan ketika mereka menemukan mangsa. Para pekerja berkumpul dan men-capai mangsa dalam 1-2 menit berkat bunyi bernada tinggi ini. Hal-hal ini merupakan keuntungan besar bagi spesies semut.

Untuk Mata yang Melihat …

Dengan berbagai metode komunikasi mereka, semut dapat diban-dingkan dengan manusia yang dapat berbicara beberapa bahasa asing. Mereka mampu berkomunikasi dalam 3-4 bahasa di antara mereka sen-diri dan mereka dapat menjalani hidup dengan cara yang bebas masalah. Mereka bisa melestarikan koloni yang berpopulasi ratusan ribu atau ter-kadang jutaan, dan bertahan sepanjang hidup mereka tanpa menimbul-kan kekacauan.

Namun, sistem komunikasi yang telah kami uraikan sejauh ini baru-lah salah satu mukjizat dunia hewan. Ketika kita menganalisis manusia maupun semua makhluk hidup lain (dari makhluk bersel tunggal hingga makhluk multisel), kita dapat menemukan ciri-ciri yang berlainan, masing-masing merupakan mukjizat yang unik dan terpisah, dengan tempatnya sendiri-sendiri dalam tatanan ekologis.

Bagi mata yang dapat melihat, semua mukjizat yang diciptakan di sekelilingnya, dan bagi hati yang dapat merasa, cukuplah ia melihat sistem komunikasi luar biasa dari semut yang berukuran begitu kecil, maka ia akan menghargai kekuatan, pengetahuan, dan hikmah tak terba-tas milik Allah, yang merupakan Pemilik tunggal dan Penguasa segala makhluk hidup. Dalam Al Quran, Allah menyebut orang-orang yang tidak memiliki kemampuan ini dan yang tidak menghargai kekuasaan-Nya sebagai berikut:

"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada." (QS. Al-Hajj, 22: 46) !... lebih lengkapnya silahkan baca di buku Harun Yahya ( Menjelajahi Dunia Semut)

Maraji..Harun Yahya ( Pustaka Sains Populer Islami )

Kamuflase dan Perilaku Cerdas Binatang


Kamuflase dan Perilaku Cerdas Binatang

Allah telah menciptakan semua makhluk hidup dengan ciri dan keahlian yang berbeda sesuai dengan lingkungan tempat hidup mereka. Setiap makhluk hidup menggunakan keahlian ini untuk melindungi diri atau berburu. Beberapa dari mereka menyembunyikan diri dengan teknik kamuflase atau penyamaran yang ahli. Ada yang melakukan mimikri, yakni meniru benda lain, dan ada pula yang melakukan taktik cerdas lainnya.

Kamuflase adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan satwa. Adalah sangat penting untuk dapat menyerang musuh tanpa diketahui, atau menyembunyikan diri ketika diserang. Yang menakjubkan adalah: tak hanya manusia berakal yang menggunakan teknik ini, yang pada manusia memerlukan perancangan sangat matang, tapi binatang pun melakukannya. Tubuh para satwa yang melakukan kamuflase diciptakan dengan warna dan corak yang benar-benar menyerupai lingkungan tempat hidupnya. Sejumlah binatang melakukan kamuflase dengan sangat baik, sehingga hampir tak mungkin dibedakan dengan tetumbuhan di sekelilingnya. Laba-laba dengan warna menyerupai tumbuhan di mana ia hidup, ular yang tak bergerak layaknya cabang pohon, serangga dengan warna sayap menyerupai daun kering, katak dengan bentuk dan warna yang sama persis seperti tumbuhan di sekelilingnya. Semua ini adalah contoh kamuflase atau penyamaran yang mengagumkan. Semua ini menunjukkan kepada kita bahwa kamuflase adalah teknik yang khusus dan sengaja diciptakan oleh Allah.

Burung Kutub, 'Berpakaian' Menyesuaikan Musim

Sejumlah ahli kamuflase hidup di daerah kutub, wilayah paling dingin di bumi ini. Kita akan segera mempelajari teknik kamuflase luar biasa dari seekor burung yang mampu hidup dalam iklim seperti ini.

Di musim gugur, areal berbatu tertutupi oleh salju. Dalam habitat alaminya, burung-burung kutub ini hampir mustahil terlihat. Ini dikarenakan mereka memiliki corak dan warna bulu mengagumkan yang menyerupai lingkungan alam sekitarnya. Pada pengamatan lebih seksama, bulu putih yang menutupi permukaan tubuh burung ini persis sama dengan warna salju. Corak menyerupai bagian permukaan tanah yang tak tertutupi salju juga terdapat pada bulu-bulunya. Permukaan tanah dan burung benar-benar saling menyerupai satu sama lain, sehingga hampir mustahil untuk membedakan keduanya.

Ketika musim dingin tiba, salju menyelimuti segala yang ada. Perubahan menakjubkan terjadi pada tubuh burung ini. Semua bulu berwarna gelap menghilang, dan menyisakan hanya warna putih. Sekali lagi, hampir mustahil membedakan burung berwarna putih bersih di hamparan salju. Burung sama sekali tidak menyadari hal ini. Namun, sekali lagi, tubuhnya tersamarkan secara sempurna. Bulu-bulu gelap di sekitar mata mencegahnya terbutakan oleh cahaya yang dipantulkan oleh salju. Di musim semi, salju mulai mencair, dan tumbuh-tumbuhan pun mulai bertunas. Di sela-sela bulu burung ini, bulu-bulu baru muncul dengan warna hijau tumbuhan.

Saat musim panas tiba, salju telah benar-benar mencair; terhamparlah tetumbuhan berwarna hijau. Burung kutub ini sekali lagi memperlihatkan kamuflase luar biasa. Pengamatan seksama memperlihatkan bahwa suatu perubahan yang telah direncanakan kembali terjadi. Tubuhnya kini tertutupi oleh bulu-bulu yang menyerupai tetumbuhan. Sekali lagi, mustahil untuk dapat melihat sang burung di antara tumbuh-tumbuhan.

Fenomena menakjubkan tentang kamuflase ini tentunya memerlukan sebuah penjelasan. Secara alami, mustahil bagi seekor burung dengan kehendaknya sendiri untuk menentukan warna bulunya agar menyerupai lingkungan sekitar. Ia tak memiliki kecerdasan untuk memahami arti kamuflase atau penyamaran. Jadi, siapakah yang memberi sang burung kemampuan luar biasa untuk berkamuflase . Siapakah yang mengetahui bahwa kamuflase harus berubah seiring pergantian musim. Siapakah yang mewarnai bulu-bulunya dengan warna dan corak lingkungan sekitarnya, persis seperti seorang seniman?. Beragam pertanyaan ini menghantarkan kita pada satu jawaban: adalah Allah yang menciptakan burung ini, dan memberinya keistimewaan yang ia miliki.


Kupu-Kupu 'Berwajah' Monster

Kupu-kupu memiliki keistimewaan tersendiri di antara beragam keajaiban kamuflase di alam. Beberapa spesies kupu-kupu memiliki lukisan mata raksasa pada sayap mereka. Mata palsu ini merupakan cara pertahanan diri paling ampuh bagi kupu-kupu. Ketika kupu-kupu merasakan adanya bahaya, misalnya seekor burung yang sedang mencari makan, ia membentangkan sayapnya sehingga nampak sebagai makhluk raksasa. Ini adalah contoh taktik pertahanan diri ini. Kupu-kupu pada pohon ini sungguh mudah menjadi mangsa bagi burung. Tapi, kupu-kupu ini tiba-tiba saja membentangkan sayapnya lebar-lebar. Dua mata raksasa terlihat menakutkan bagi burung, yang segera pergi meninggalkannya. Marilah kita perhatikan dengan seksama kesempurnaan desain mata pada kupu-kupu ini. Seluruh bagiannya telah diserupakan dengan mata, mulai dari bentuknya, hidung, dan rambut di bawah mata, hingga pupil dan bahkan hingga pemantulan cahaya oleh pupil. Pada sayap kupu-kupu lain, terlihat wajah makhluk besar lengkap dengan hidung, telinga, bayangan di bagian atas mata, bentuk mata, dan pupil serta pemantulan cahaya oleh pupil.

Ada hal lain yang menarik untuk diketahui tentang kamuflase ini. Pemangsa utama kupu-kupu adalah serangga karnivora seperti capung dan burung kecil pemakan serangga. Sedangkan musuh terbesar dari para pemangsa ini adalah burung hantu. Sungguh sebuah keajaiban bahwa penampakan pada bagian belakang kupu-kupu pada umumnya adalah l ukisan burung hantu. Dengan kata lain, kupu-kupu mempertahankan diri dengan menyerupai wajah musuh dari para pemangsanya, karena semua burung kecil dan serangga takut pada burung hantu. Sudah tentu, kupu-kupu tak mengetahui bahwa burung hantu adalah musuh dari para pemangsanya. Bahkan, andaikan ia tahu, ia tak mampu melukis seekor burung hantu pada punggungnya. Ia tidak memiliki kecerdasan untuk melakukan semua ini. Namun terdapat lukisan padanya. Ini jelas bukan sebuah kebetulan. Ia pasti diciptakan untuk tujuan tertentu. Siapakah pembuat desain pada sayap kupu-kupu? Desain seperti ini tak mungkin terjadi secara kebetulan, sebagaimana pernyataan para evolusionis. Setiap desain menunjukkan adanya perancang desain, dan desain pada sayap kupu-kupu memperlihatkan kita pada kesempurnaan ciptaan Allah.

Dalam sebuah ayat Alqur'an, Allah berfirman:

Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Hashr:24)

Selain menggunakan mata palsu, cara kamuflase lain dari kupu-kupu sangatlah mengagumkan. Kupu-kupu yang tersamarkan ini seolah melihat warna semak-semak dan menelitinya, setelah itu mereka membuat warna-warna tersebut pada tubuh mereka untuk kemudian menyerasikan diri dengan semak-semak. Namun, tentunya mustahil bagi kupu-kupu untuk melakukan semua ini. Desain pada kupu-kupu ini merupakan bukti nyata adanya penciptaan.

Ahli kamuflase lain adalah burung ini yang diberi nama patu, yang hidup di hutan-hutan Venezuela. Bulu-bulunya dan kulit cabang pohon tempat ia hinggap telah diciptakan dengan kemiripan luar biasa satu sama lain.

Kepiting 'Berbaju Tentara'

Kita akan segera menyaksikan perilaku mengejutkan oleh kepiting ini. Ia dengan hati-hati memotong dedaunan dari tumbuhan yang dipilihnya di dasar laut, tapi untuk apa ia melakukan hal ini?. Jawabannya sungguh mengejutkan. : "untuk menyembunyikan dirinya". Kepiting menyusun potongan dedaunan diatasnya, dan membuat pelindung dari rumput laut. Demikianlah, ia memiliki sebuah kamuflase yang mengagumkan.

Kepiting lain dengan hati-hati menyusun ranting-ranting yang ia potong pada permukaan cangkangnya. Ini memungkinkannya bersembunyi dengan mudah di antara tetumbuhan. Uniknya, kepiting ini mengeluarkan cairan lengket sehingga ranting-ranting tersebut tetap melekat di tempatnya. Dengan kata lain, seluruh sistem pada tubuh binatang dan pola perilakunya telah diciptakan agar sesuai satu sama lain.

Kepiting ini sedang memotong bunga karang. Mungkin terdengar janggal; tapi ia akan menjahit bajunya dari bunga karang ini. Lalu ia memanjat dan masuk ke dalam baju yang telah dibuatnya. Marilah kita berhenti dan berpikir sejenak di sini. Kepiting belum pernah melihat dirinya dalam kaca. Tidak pula ia memiliki kemampuan berpikir atau merancang. Jadi bagaimana ia tahu bahwa ia harus menyamarkan diri. Kepiting menggunakan teknik yang sama sebagaimana yang dilakukan tentara yang menyamarkan diri mereka. Ia menempelkan ranting dan dedaunan pada permukaan tubuhnya.

Bagaimana kepiting mempelajari cara kamuflase ini? Jelas bahwa ia telah diilhami untuk mengerjakannya. Tak ada keraguan bahwa Dialah Allah, Yang menciptakan semua makhluk hidup dari ketiadaan, yang telah menciptakan kepiting, dan melengkapinya dengan keahlian cerdas dalam melindungi diri.

Burung mirip Cabang Pohon

Ahli kamuflase lain adalah burung ini yang diberi nama Patu, yang hidup di hutan-hutan Venezuela. Bulu-bulunya dan kulit cabang pohon tempat ia hinggap telah diciptakan dengan kemiripan luar biasa satu sama lain.

Kini marilah kita amati dengan lebih cermat. Yang sedang Anda saksikan di layar adalah kulit kayu dan bulu burung. Terdapat kemiripan sempurna antara kayu di sebelah kiri dan burung di sebelah kanan. Yang membedakannya sebagai burung hanyalah bagian paruh dan ekornya. Tapi, burung sangat tahu bagaimana menggunakan keahliannya, dan ia segera berbuat sesuatu ketika bahaya mendekat. Ia menutup mata dan paruhnya, serta menjulurkan kepalanya ke depan. Kini, ia tak dapat dibedakan dengan cabang pohon. Ada satu hal lagi yang luar biasa di sini. Kendatipun matanya tertutup, sang burung masih dapat melihat melalui celah khusus pada kelopak matanya. Ketika bahaya menjauh, ia kembali pada keadaan semula.

Tapi, siapakah yang mengajari burung untuk melakukan hal ini. Di sini, kita dihadapkan kembali pada kebesaran Allah, Yang menciptakan segala sesuatu dengan sempurna dan tiada tara.

Pengorbanan Diri Burung Patu

Seperti yang akan kita saksikan, keahlian burung emas berklamufase dan berperilaku, serta keberanian dan pengorbanan dirinya sungguh mengagumkan manusia. Burung ini, yang hidup di Patagonia, membuat sarangnya di padang rumput terbuka. Telur, yang tengah mengalami pematangan dalam tubuh induk, dibungkus kulit dengan warna dan corak menyerupai permukaan tanah. Ini adalah cara khusus perlindungan diri yang dibuat untuk menyamarkan telur. Demikianlah, telur-telur menjadi tak terlihat di antara rerumputan. Jika bahaya mendekat, misalnya berupa burung pemangsa atau manusia, sang burung menunjukkan perilaku yang sangat aneh. Ia keluar meninggalkan sarangnya, dan berlari. Ia lalu berperilaku bagaikan burung yang terluka di atas rumput dengan sayap patah. Jika ada yang mendekatinya, burung ini berlari lagi. Jika telah berada jauh dari sumber bahaya, ia mulai menyerupakan diri lagi dengan burung yang terluka. Ia bertujuan mengalihkan perhatian musuh dari sarangnya. Bila bahaya telah berada cukup jauh, perilaku ini berhenti, dan sang burung terbang kembali ke sarangnya.

Sungguh, burung ini telah memperlihatkan perilaku yang luar biasa. Ini adalah pengorbanan diri yang mengagumkan oleh seekor burung mungil dengan menempatkan dirinya dalam bahaya demi keselamatan anaknya. Teori evolusi sudah pasti tak mampu menjelaskan fenomena pegorbanan diri ini.

Darwinisme berpijak pada anggapan bahwa setiap makhluk hidup mengutamakan dirinya sendiri. Burung ini telah meruntuhkan anggapan tersebut, dan sekali lagi membuktikan bahwa Allah memberi ilham pada makhluk hidup dan mereka memperlihatkan perilaku cerdas dan pengorbanan diri.

Semakin kita meneliti alam ini, semakin jelas kebenaran yang akan nampak. Struktur makhluk hidup yang demikian sempurna dan kompleks ini, benar-benar telah menggugurkan pernyataan teori evolusi bahwa mereka terbentuk secara kebetulan. Setiap makhluk hidup adalah bukti adanya penciptaan. Kamuflase dan perilaku cerdas yang telah Anda saksikan dalam film ini hanyalah contoh kecil saja. Setiap jenis makhluk hidup di alam memiliki ciri dan sifat-sifat unggul tersendiri yang telah diciptakan. Pencipta segala ciptaan yang luar biasa ini adalah Allah, Tuhan langit dan bumi, dan segala sesuatu di antara keduanya. Kewajiban manusia yang berakal adalah untuk merenungkan ciptaan Allah, dan memuji kepada-Nya.

Dalam sebuah ayat AlQuran, Allah berfirman:

Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam. Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi. Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al - Jatsiyah :36-37).

Larva Berkamuflase

Ada makhluk lain yang membuat pelindung dan bersembunyi di dalamnya. Di antaranya termasuk larva, atau serangga yang baru menetas. Kepingan batu berjalan ini tak lain adalah seekor larva. Ia membuat pelindung dengan meletakkan butiran bebatuan pada tubuhnya secara hati-hati, sebuah kamuflase yang sempurna.

Pelindung larva tak hanya terdiri dari satu macam. Ada yang terbuat dari serpihan kecil kayu, dan ada pula yang lebih lebar dan terbuat dari dedaunan. Mereka ini adalah ulat-ulat mungil yang baru menetas, yang tak memiliki akal dan kesadaran, dan tidak mengetahui apapun tentang dunia luar. Lalu, mengapa mereka meletakkan bebatuan di punggung mereka dan membawanya ke mana-mana? Para pendukung teori evolusi Darwin merasa bingung menghadapi pertanyaan ini. Salah satunya adalah Hoimar von Ditfurth dari Jerman, yang memberikan pernyataannya sehubungan dengan perilaku cerdas ulat dalam bukunya "In the Beginning was Hydrogen":

Siapakah Pencipta sesungguhnya dari keahlian cerdas yang begitu menakjubkan manusia ini? Siapakah pemilik keahlian luar biasa ini, dan dari mana ulat mendapatkan keahlian ini setelah lahir? Kita harus mengakui bahwa ini adalah keahlian yang tak digunakan kecuali oleh manusia cerdas untuk melindungi diri. Sebaliknya, mustahil bagi seekor ulat untuk mendesain rancangan seperti ini, dan kemudian membuatnya'. (Hoimar V. Ditfurth, Im Anfang War Der Wasserstoff, hal. 19)

Sebagaimana diakui para evolunis, kamuflase pada makhluk hidup adalah perilaku yang merupakan hasil sebuah kecerdasan. Namun, pemilik kecerdasan ini bukanlah makhluk hidup tersebut, melainkan kekuatan lain yang mengaturnya, dan ini adalah kenyataan yang tak ingin diakui oleh kaum evolusionis. Allah menciptakan semua ciri mengagumkan ini pada makhluk hidup, sebagai bukti keberadaan Hikmah dan Pengetahuan-Nya yang tak terbatas.

LABA-LABA: SANG INSINYUR AHLI



Setiap orang telah menjumpai makhluk mungil yang disebut laba-laba berkali-kali dalam hidupnya, baik di rumah, di pedesaan, atau di kebun. Tapi, makhluk kecil ini hanya menarik perhatian serius segelintir orang saja, padahal ia adalah salah satu wujud kesempurnaan ciptaan Allah. Kita perlu mengamati laba-laba ini sedikit lebih dekat untuk melihat kesempurnaan ini. Benang yang Lebih Kuat dari Baja Yang pertama kali terlintas dalam benak seseorang ketika berpikir tentang laba-laba adalah jaringnya. Ia merupakan keajaiban desain yang memiliki rancangan tersendiri, beserta perhitungan teknik yang menyertainya. Jika kita memperbesar laba-laba menjadi seukuran manusia, jaring yang dianyamnya akan memiliki tinggi sekitar seratus lima puluh meter. Ini sama tingginya dengan gedung pencakar langit berlantai lima puluh. Andaikan laba-laba sedemikian besar sehingga mampu membuat jaring dengan lebar lima puluh meter, maka jaring ini akan mampu menghentikan pesawat jumbo jet. Jika demikian, bagaimana laba-laba mampu membuat jaring dengan sifat ini? Agar dapat melakukan hal ini, ia pertama kali harus menggambar rancangannya, persis seperti seorang arsitek. Sebab, struktur arsitektural dengan ukuran dan kekuatan seperti ini, mustahil dilakukan tanpa sebuah perancangan. Setelah rancangan dipersiapkan, laba-laba perlu menghitung seberapa besar beban-beban yang akan menempati posisi-posisi tertentu pada jaring, persis layaknya insinyur konstruksi. Jika tidak, jaring ini pasti akan runtuh. Jika seseorang mengamati bagaimana laba-laba membangun jaringnya, akan ia temukan sebuah keajaiban yang nyata. Pertama-tama, laba-laba melempar benang yang dipintalnya ke udara, lalu aliran udara ini membawanya ke tempat tertentu di mana ia menempel. Lalu pekerjaan konstruksi dimulai. Perlu satu jam atau lebih untuk menganyam sebuah jaring. Mulanya, laba-laba menarik benang jenis kuat dan tegang dari titik pusat ke arah luar guna mempersiapkan kerangka jaringnya. Ia lalu menggunakan benang jenis kendor dan lengket untuk membuat lingkaran dari arah luar ke dalam. Dan kini perangkap itu telah siap. Benang yang digunakan laba-laba sama ajaibnya dengan jaring itu sendiri. Benang laba-laba lima kali lebih kuat dari serat baja dengan ketebalan yang sama. Ia memiliki gaya tegang seratus lima puluh ribu kilogram per meter persegi. Jika seutas tali berdiameter tiga puluh sentimeter terbuat dari benang laba-laba, maka ia akan mampu menahan berat seratus lima puluh mobil. Ilmuwan menggunakan benang laba-laba sebagai model ketika membuat bahan yang dinamakan Kevlar, yakni bahan pembuatan jaket anti peluru. Peluru berkecepatan seratus lima puluh meter per detik dapat merobek sebagian besar benda yang dikenainya, kecuali barang yang terbuat dari Kevlar. Tetapi, benang laba-laba sepuluh kali lebih kuat daripada kevlar. Benang ini juga lebih tipis dari rambut manusia, lebih ringan dari kapas, tapi lebih kuat dari baja, dan ia diakui sebagai bahan terkuat di dunia. Baja termasuk material paling kuat yang tersedia bagi manusia yang diproduksi dengan sarana industri berat, menggunakan besi, dan dalam tungku bertemperatur ribuan derajat. Ia didesain khusus agar berdaya tahan tinggi, dan digunakan pada konstruksi lebar, bangunan tinggi, dan jembatan. Laba-laba menghasilkan material yang lima kali lebih kuat dari baja, padahal ia tak memiliki tungku pembakaran dan teknologi apapun. Ia adalah makhluk mungil yang tak mampu berpikir. Sungguh suatu keajaiban bahwa makhluk kecil ini mampu menghasilkan benang yang lebih kokoh dari baja, dan menggunakannya untuk membuat bangunan dengan cara yang sama seperti para arsitek dan insinyur. Dinopsis: Sang Ahli Pembuat Perangkap Orang umumnya berpikir bahwa laba-laba adalah makhluk yang menggunakan jaring untuk menangkap mangsa. Namun, spesies yang disebut Dinopis ini tidak menunggu mangsanya terperangkap dalam jaring, tapi ia membuat perangkap bergerak. Ia membuat benang khusus dengan membuat dua ratus gulungan per menitnya. Ia lalu merangkaikan benang-benang ini dengan mengikuti suatu pola yang cerdas. Dengan cara ini, sebuah perangkap mematikan pun kini telah siap. Ia menunggu di tempat yang sering dilalui serangga untuk menyergapnya. Matanya yang tajam mampu melihat gerakan paling lemah sekalipun. Ia lalu membungkus mangsanya dalam jerat khusus. Laba-laba menangkap lebih dari satu mangsa dalam semalam, dan menganyam jaring yang berbeda untuk setiap mangsa. Jaring ini sungguh merupakan keajaiban desain. Mangsa yang tertangkap tidak berkesempatan untuk lolos. Laba-laba Dinopsis yang baru lahir telah mampu menganyam jaring mungil. Bayi laba-laba ini sudah menjadi insinyur semenjak ia lahir ke dunia. Kehadiran sejumlah laba-laba muda di tempat sempit dapat menimbulkan sedikit masalah, namun pada akhirnya, segalanya mulai membaik. Bayi laba-laba ini akan segera meninggalkan induk mereka untuk membangun sarang mereka sendiri. Bolas: Sang Ahli Kimia Metode berburu Bolas adalah satu lagi keajaiban penciptaan. Laba-laba ini menggunakan metode yang unik untuk menarik perhatian mangsanya, yakni ngengat jantan. Ia pun membuat benang yang lebih kuat dari baja dalam tubuhnya. Benang ini terbungkus oleh butiran-butiran lengket. Ia mengulurkan benangnya dari sebuah pohon layaknya tangkai pancing, melemparkan tali pancing lalu menunggu dengan sabar, persis seperti pemancing. Laba-laba ini memiliki tipuan cerdik untuk menarik perhatian mangsanya. Ngengat betina mengeluarkan hormon feromon untuk menarik ngengat jantan kepadanya. Laba-laba meniru memproduksi aroma ini dan meletakkannya di bagian ujung perangkap. Ngengat jantan tergoda mendekati perangkap tersebut. Ketika ngengat mendekat, laba-laba segera menggerakkan benang layaknya sebuah jerat. Dengan rangcangan perangkap ini, ia berhasil menangkap mangsanya. Feromon memiliki formula kimia yang khas, dan hanya ditemukan pada ngengat betina. Kita harus melewati serangkaian tahapan percobaan dalam laboratorium kimia modern jika ingin membuat bahan kimia yang sama. Jika kita beranggapan bahwa laba-laba menggunakan kecerdasannya sendiri untuk membuat hormon ini, maka ia harus mengikuti tahapan yang sama. Pertama, ia harus mendapatkan ngengat betina dan belajar bagaimana sang betina ini menarik perhatian ngengat jantan. Lalu ia harus mengambil sampel feromon dari ngengat betina. Ia harus mempelajarinya, dan melakukan berbagai uji laboratorium terhadap formula kimia yang ia temukan. Kemudian ia harus melekatkan zat kimia yang dibuatnya pada ujung tali jeratnya. Namun, laba-laba mungil ini tidak memiliki kecerdasan untuk melakukan pekerjaan seperti ini, apalagi keahlian dan laboratorium kimia. Jadi, bagaimana laba-laba ini mampu meniru membuat feromon, layaknya seorang ahli kimia? Bagaimana ia berpikir untuk menempelkannya diujung benangnya? Pertanyaan-pertanyaan ini menghantarkan kita pada kebenaran yang nyata. Zat kimia feromon, ngengat betina yang memproduksinya dan laba-laba yang menggunakannya untuk berburu, kesemuanya diciptakan oleh Allah. Contoh ini, sekali lagi menunjukkan kesempurnaan ciptaan Allah, Penguasa seluruh alam, dan semua makhluk hidup di dalamnya. Laba-laba muda Bolas telah mampu membuat tali jeratnya yang pertama kali. Laba-laba ini bahkan lebih kecil dari ujung jari Anda, dan jeratnya lebih kecil dari kepala jarum. Trapdoor: Si Ahli Pembuat Sensor Satu spesies lain yang menggunakan teknik sangat cerdas untuk menangkap mangsanya adalah Trapdoor. Berbeda dengan laba-laba lain yang menggunakan jaring, spesies ini menyerang dari dalam tanah. Mula-mula ia menggali liang dalam tanah, kemudian membuat penutup melingkar untuk sarangnya dengan menggunakan benang dan tanah. Ia menempelkan salah satu tepi penutup ini ke tanah seperti engsel. Ia merentangkan benang-benang ke arah luar dari sarangnya, lalu menyamarkan benang dan pintu masuk ke sarang dengan tanah atau dedaunan. Sistem ini menjadikannya mampu merasakan getaran paling lemah di luar sarangnya, dan langsung menyergap sumber getaran tersebut. Perangkap yang telah selesai dibuat, dan telah siap digunakan, sama sekali tersamarkan. Dengan demikian, serangga yang mendekatinya tidak merasa curiga, hingga akhirnya ia menjadi mangsa bagi laba-laba. Tapi, bagaimana laba-laba yang tak mampu berpikir dan bernalar, memiliki ide untuk membuat perangkap, dan kemudian menempatkan sensor sensitif di bagian luarnya. Siapakah yang mengajarinya menyembunyikan sarang dengan menyamarkannya seperti bunga di atas tanah? Dan yang lebih menarik lagi adalah kenyataan bahwa setiap laba-laba yang lahir mengetahui teknik berburu dari jenisnya. Tak diragukan lagi, ini adalah bukti bahwa laba-laba diberi ilham agar dapat membuat jaring dan membangun perangkap. Dialah Allah, Tuhan Seluruh Alam, yang menciptakan makhluk-makhluk ini dengan perilaku mereka yang mengagumkan, dan mengilhami mereka tentang apa yang mereka kerjakan.

Kantong semar


Mengapa Semut tidak Dimangsa Si Kantong Semar?

Di dalam kantung tumbuhan “kantong-semar“ Nepenthes bicalcarata yang hidup di sebelah India Timur, hiduplah koloni semut. Tumbuhan ini bentuknya seperti teko dan memangsa serangga yang menghinggapinya. Meskipun demikian, semut bebas bergerak dan mengambil sisa-sisa serangga dan bahan makanan lainnya dari tumbuhan ini.

Kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak, semut dan tumbuhan. Meski semut mungkin saja dimakan Nepenthes, mereka dapat membangun sarang pada tumbuhan ini. Sang tumbuhan juga menyisakan jaringan tertentu dan sisa-sisa serangga untuk semut. Dan sebagai balasannya, semut melindungi tumbuhan dari musuhnya.

Begitulah contoh hubungan kehidupan antara tumbuhan dan semut. Bentuk anatomi dan fisiologi semut dan tumbuhan inangnya telah dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan hubungan timbal balik antara keduanya. Meskipun para pembela teori evolusi menyatakan bahwa hubungan antarjenis makhluk hidup ini berkembang secara berangsur-angsur selama jutaan tahun, tetapi tentu saja pernyataan yang mengatakan bahwa dua makhluk yang tidak memiliki kecerdasan ini dapat sepakat merencanakan suatu sistem yang menguntungkan kedua belah pihak tidaklah masuk akal. Lalu, apa yang menyebabkan semut hidup pada tumbuhan?

Semut cenderung tinggal pada tumbuhan karena adanya cairan bernama "nektar tersisa" yang dikeluarkan tumbuhan. Cairan nektar ini merupakan daya tarik bagi semut untuk mendatangi tumbuhan. Banyak spesies tumbuhan yang terbukti mengeluarkan cairan ini pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, pohon ceri hitam menghasilkan cairan ini hanya tiga minggu dalam setahun. Tentu pengeluaran cairan pada waktu ini bukan kebetulan karena waktu tiga minggu ini bertepatan dengan satu-satunya waktu sejenis ulat menyerang pohon ceri hitam. Semut yang tertarik pada nektar dapat membunuh ulat ini serta melindungi tumbuhan.

Pada gambar, kita dapat melihat tumbuhan kantong semar sebagai “perangkap serangga”. Namun, serangga-serangga tertentu lolos dari jebakan tumbuhan kantong semar. Misalnya, semut dapat hidup berdampingan dengan kantong semar. Secara ajaib, tumbuhan ini tidak mempedulikan keberadaan semut.
Hanya dengan menggunakan akal sehat, kita dapat melihat bahwa hal ini adalah bukti hasil penciptaan. Akal sehat tidak mungkin bisa menerima bahwa pohon ini dapat memperhitungkan kapan bahaya akan menyerang lalu memutuskan bahwa cara terbaik untuk melindungi dirinya adalah dengan cara menarik perhatian semut serta mengubah struktur kimianya. Pohon ceri tidak punya otak. Oleh karena itu, ia tidak dapat berpikir, memperhitungkan, maupun mengubah campuran kimianya. Bila kita menganggap bahwa cara cerdas ini adalah sifat yang diperoleh dari suatu kebetulan, yaitu dasar berpikir evolusi, tentu ini tidaklah masuk akal. Jelas sekali bahwa pohon ini telah melakukan sesuatu yang didasarkan pada kecerdasan dan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, satu-satunya kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa sifat tumbuhan ini telah terbentuk karena adanya sebuah Kehendak yang telah menciptakannya. Bila kita merujuk pada segala bentuk pengaturan yang dibuat-Nya, jelas sekali bahwa Dia tidak hanya berkuasa atas pohon, tetapi juga atas semut dan ulat. Jika penelitian dilakukan lebih jauh lagi, tentunya dapat diketahui bahwa Dia berkuasa atas semesta alam dan telah mengatur setiap bagian alam secara terpisah namun serasi dan selaras, sehingga membentuk sebuah rangkaian sempurna yang kita kenal sebagai "keseimbangan ekologi". Bila kita berpikir lebih jauh dan meneliti bidang-bidang lain, seperti geologi dan astronomi, kita akan sampai pada gambaran yang serupa. Ke mana pun kita melangkah, kita akan menyaksikan berjuta sistem yang berfungsi dengan selaras dan teratur sempurna. Semua sistem ini menunjukkan keberadaan Sang Pengatur. Meskipun demikian, tidak satu pun unsur pembentuk alam ini yang mampu berfungsi sebagai Sang Pengatur itu. Oleh karena itu sang pengatur haruslah Dia Yang Maha Tahu dan Mahakuasa atas alam semesta. Al Quran menggambarkan Sang Penguasa sebagai berikut:
"Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepadanya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
(QS. Al-Hasyr, 59:24)